Sabtu, 14 November 2009

Memindahkan Hati Ke Akhirat

"Barangsiapa mengharapkan akhirat, kemudian berusaha untuk mendapatkannya sedang ia seorang Mukmin, maka usahanya akan diganjar."
(QS. Al Israa' : 19)

Kita ini dalam perjalanan pulang. Pulang ke kampung akherat. Tapi orang-orang bodoh, mereka bekerja mati-matian untuk bekal dunia. Orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang tertipu. Dan lebih bodoh lagi kalau ada orang yang mau berjihad fii sabilillah tujuannya dunia. Ngeri orang seperti itu. Akibat sikap orang-orang seperti ini, akhirnya Rasulullah Shalallohu 'alaihi wa salam giginya patah dalam perang Uhud.

Pemanah-pemanah dalam perang Uhud itu turun rebutan ghanimah. Minhum man yuriidu dunya minhum man yuriidu akhiroh. Para perindu akhirat inilah yang menjadi perisai-perisai Rasulullah Shalallohu 'alaihi wa salam. Yang menghendaki akhirat pada waktu itu, adalah Anas bin Nadhr. Yang ketika dia mati, di dadanya terdapat lebih dari
tujuh puluh lubang antara luka pada tombak dan panah.

Ibnul Qoyyim al Jauziyah mengatakan: "Kalau hati ini sehat dari penyakit ini, maka hati kita ini akan pindah ke akhirat."Jasadnya saja di dunia. Itulah orang yang akalnya sehat. Dia sadar bahwa dia sekarang sedang berjalan ke akherat. Dia tamak sekali menumpuk kekayaan untuk akherat. Seperti tamaknya ahli dunia menumpuk harta kekayaan di dunia.

Sebagaimana 'Aisyah rodliyallohu 'anha. Beliau menabung, sampai mendapatkan seratus ribu dirham dan dia punya daftar nama-nama orang yang hendak dibagikan. Tatkala beliau mendapat seratus ribu dirham itu, senangnya bukan main. Senang bukan karena tamak dengan dunia, tapi tamak dengan akhirat. Target nama-nama yang dikumpulkan beliau terpenuhi.

Kakaknya Asma' ibunya Abdullah bin Zubair lain lagi. Beliau tidak mau menabung sebagaimana 'Aisyah radliyallohu'anha. Pokoknya harta yang didapatkan hari itu, habis Isya' harus habis. Semuanya disedekahkan sebelum tidur, besoknya mencari yang baru. Besok pagi adalah urusan besok pagi. Sikap Asma' ini sama nilainya dengan 'Aisyah.

Benar kata Ibnul Qoyyim al Jauziyah ini, kalau hati kita sehat akan berpindah ke akherat. Bagaimana caranya agar hati kita pindah dari dunia ke akherat? Kalau kita berkumpul hanya membicarakan masalah dunia, meetingnya hanya masalah dunia dan tak pernah ngaji, tidak pernah membicarakan halal dan haram, maka hati kita akan semakin mendalam terhadap dunia. Maka hati akan menjadi sakit.

Seorang 'Alim berkata: "Kasihan ahlu dunia, keluar dari dunia tidak pernah merasakan sesuatu yang paling nikmat di dunia."Sebagian orang bertanya, "Apa sesuatu yang paling nikmat di dunia itu?" Berkata sang 'Alim, "Mahabatullah."Merasa tenang berinteraksi dengan Allah, rindu segera bertemu dengan Allah, dan merasa nikmat tatkala berdzikir kepadaNya dan melaksanakan ketaatan-Nya.

Berikutnya ciri orang-orang yang merasakan sesuatu yang paling nikmat di dunia adalah merasa nikmat tatkala berinteraksi dengan Allah. Dia merasa nikmat tatkala bangun jam dua malam melakasanakan qiyamul lail. Merasa tentram dan tenang. Kemudian rindu ingin bertemu denganNya. Alkisah, para mujahidin Arab, sebagian dari Yaman, Syiria, Qathar, dan Saudi, yang tadinya ikut jihad di Afghanistan, merasa sedih karena jihad di Afghanistan usai.

Mereka merasa sedih dan seakan tak punya harapan lagi untuk meraih manisnya mati syahid. Seperti pedagang pasar yang pasarnya sepi. Mereka berkata, "kalua jihad sudah tak ada bagaimana nasib kita ini?" Jadi akhirnya mereka pulang negerinya masing-masing di jazirah Arab.

Kemudian mereka mendengar ada tragedi pembantaian umat Islam di Bosnia. Mereka mendengar bahwa di Bosnia ada jihad. Mereka merasa senang sekali pergi ke sana. Mereka berbondong-bondong datang dari berbagai penjuru dunia. Senangnya mereka itu seperti senangnya ahlu dunia mengejar pasar. Kenapa mereka bisa seperti itu, karena rindunya akan segera bertemu dengan Allah sudah tak tertahankan.

Orang-orang yang hatinya telah pindah ke akherat, mereka merasa nikmat dengan ketaatan yang ia laksanakan. Kenikmatan yang besar karena ia selalu ingat Allah, merasa diawasi oleh-Nya. Orang-orang seperti inilah yang patut mengatakan, "Kasihan ahlu dunia, mereka tidak bisa merasakan sesuatu yang paling nikmat di dunia. Cita-citanya sangat dangkal!"

Kepada para perindu akherat lah kita seharusnya 'ndangak' dan iri dengan watak mereka.
Disarikan dari rekaman ceramah Ust. Abdullah Sungkar

Sabtu, 07 November 2009

Laa Izzata Ila bil jihad

Lan Nastaslim Nantasir Au Namut "Pantang Menyerah Kami Menang atau Kami Mati Syahid"(Umar Mochtar)

Jumat, 06 November 2009

Biografi Ustadz Abdullah Sungkar rahimahullah


Abdullah bin Ahmad Sungkar atau lebih dikenal dengan nama Abdullah Sungkar (lahir di Surakarta, 1937 — meninggal dunia di Bogor, 20 Oktober 1999) adalah salah satu pendiri dari Jemaah Islamiyah.
[sunting] Biografi Singkat

Abdullah Sungkar dan kawan-kawan pada tahun 1971 mendirikan Yayasan Pondok Pesantren "Al-Mu'min" di daerah Ngruki, Solo. Pada tahun 1977, selama satu bulan (12 Maret - 29 April) Abdullah Sungkar ditahan Laksusda Jawa Tengah, karena mensosialisasikan golput pada Pemilu saat itu. Sejak 10 November 1978 hingga 3 April 1982 (4 tahun), Abdullah Sungkar kembali mendekam di tahanan Laksusda Jawa Tengah, dengan tuduhan merongrong Pancasila dan pemerintahan yang sah.

Kemudian sejak 1985 ustadz Abdullah Sungkar tinggal di Malaysia, karena menjadi pelarian politik rezim Orde Baru dan ia pun menjadi mubalig keliling, antara lain ke Jerman dan Australia.

Pada 20 Oktober 1999 ia kembali ke Indonesia untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan umat Islam. Dalam suatu pertemuan di Bogor, 23 Oktober 1999, Abdullah Sungkar meninggal dunia. Ia dimakamkan keesokan harinya di Klaten.

Bersama dengan Abu Bakar Baasyir, Abdullah Sungkar adalah patron bagi Noordin M. Top dan Azahari, dua tokoh utama terorisme di Indonesia pada awal abad ke-21. Mereka bertemu di saat Baasyir dan Sungkar berada di Malaysia.

Resiko Berjihad

"Semua yang diperbuat musuh-musuhku kepadaku, surgaku ada di dalam hatiku. dan taman-tamanku ada di dalam dadaku. Kemana aku pergi maka ia bersamaku tidak pernah berpisah denganku, aku, penjaraku tempat ibadahku, dibunuhku mati syahid dan diusirnku dari negeri adalah melancong"(.Ibnu Taimiyah)