Senin, 22 Maret 2010

Senyum Pura Sudarma a.k.a Jaja

Jum'at sore sekitar pukul 17:00 WIB, jenazah Jaja yang bernama asli Pura Sudarma akhirnya dimakamkan di kampung halamannya di daerah Sajira, Kabupaten Lebak, Banten. Sore itu lebih dari 1000 orang hadir mengikuti pemakaman pria berumur 50 an yang ditembak mati di Aceh Besar pada Jum'at siang 12 Maret kemarin.

Pura Sudarma alias Jaja meninggalkan seorang istri dan empat anak. Jenazah Jaja berangkat dari RS Polri Kramat Jati sekitar pukul 13:00 WIB dan tiba di kediaman Jaja di RT 02/RW 04, Sajira Barat, Kabupaten Lebak, Jumat (19/3/2010) sekitar pukul 16:00 WIB. Wartawan tidak diperbolehkan masuk hingga kedalam rumah, ada tulisan "Batas Pers!" di gerbang pagar. Spanduk Selamat Datang Pahlawan Islam menyambut di jembatan sungai yang menuju desa. Di pagar rumah juga dipasang spanduk yang mengutip surat An Nisa ayat 76.

Setelah jenazah datang dan dimasukkan ke dalam rumah, jenazah disolatkan oleh para wanita, setelah itu jenazah diangkat ke masjid untuk kembali disolatkan pentakziyah laki-laki yang jumlahnya ribuan tersebut. Lepas dari masjid, keranda jenazah langsung diangkat ke TPU Sajira yang berjarak 300 meter sebelah selatan kediaman Jaja. Pekikan takbir Allahu Akbar berkali-kali diteriakkan para pelayat dari masjid hingga ke tempat pemakaman.

Pura Sudarma alias Jaja, beliau disebut-sebut sebagai salah seorang mentor dari Abdul Aziz alias Imam Samudra yang juga berasal dari Banten. Jaja dikenal kaya dan punya banyak bisnis. Beliau mempunyai bisnis ekspedisi Sajirah, mengelola kebun di Pandeglang, juga Bengkel di Bandung, Jakarta, dan Serang.

Sedangkan seorang lagi pria yang juga turut ditembak mati di Aceh Besar, bernama Enceng Kurnia alias Arham telah dikuburkan pada Jum'at pagi sekitar pukul 01:00 WIB di Bandung. Jenazah Arham berangkat dari RS Polri Kramat Jati pada Kamis malam sekitar pukul 21:00 WIB dan langsung berangkat ke Bandung. Tidak ada peliputan media pada pemakaman Enceng alias Arham ini.

[muslimdaily.net]

Rabu, 17 Maret 2010

Cita-cita Syahid Ridwan pun Tercapai

ari Sabtu kemarin, 13 Maret 2010 sekitar pukul 11 siang. Jenazah Nico Prestiando alias Ridwan, pria yang ditembak mati hari Selasa tanggal 9 Maret 2010 di gang Asem, Pamulang akhirnya dimakamkan. Jenazah pria yang lahir pada tahun 1978 ini disemayamkan sebentar di rumah yang beralamat di Jalan Bulak Sereh, Gg Masjid No 57, RT10/04, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur. Kemudian jenazah dibuka untuk dilihat kondisinya, pada bagian dada terdapat lima lubang bekas tembakan, darah segar masih mengalir dari bekas luka tersebut sehingga tubuh Ridwan harus dibalut plastik warna hitam dibawah kain kafan yang menutupi tubuhnya.

Menurut kabar yang kami terima, saat kejadian penembakan berlangsung, Ridwan direbahkan didepan warung di gang Asem tersebut kemudian ditembak sebanyak lima kali hingga tembus ke lantai dibawahnya dan meninggalkan bekas lubang peluru berjumlah lima lubang.

Kemudian jenazah tidak dimandikan atau diganti lagi kain kafannya, lalu dibawa ke mushola di belakang rumah untuk disolatkan. Setelah disolatkan, jenazah Ridwan atau Nico kemudian dibawa ke TPU Pondok Rangon yang berjarak sekitar 7 km dari rumahnya. Sebanyak 40-an pelayat turut mengantarkan jenazah ke liang lahat dan menguburkan.

Ridwan meninggalkan seorang istri bernama Eka dan seorang putri bernama Hafshoh yang baru berumur 6 bulan. Sebelumnya, seperti yang dituturkan kepada istrinya, Ridwan pernah menyampaikan jika ia menginginkan mati Syahid di jalan Allah. Istrinya mengatakan akhirnya doa itu terkabul. Pria bernama asli Nico Prestiando yang kemudian mengganti namanya menjadi Ridwan ini diketahui merupakan alumni Camp Mujahidin di Moro, Filipina, ia berangkat ke Moro pada tahun 2004 dan baru kembali ke Indonesia pada awal tahun 2007.

Akhirnya Ridwan mewujudkan cita-citanya untuk gugur Syahid di bunuh oleh musuh, hanya orang-orang terbaik yang dipilih Allah untuk gugur di jalan-Nya.

[muslimdaily.net]

___________________________________________________________

Lafal Allah di Pemakaman Asy Syahid Dulmatin

Pemalang – Di tengah prosesi pemakaman, pelayat Dulmatin tercengang. Beberapa kali, awan seolah membentuk lafal Allah.

Iring-iringan pelayat berhenti di perempatan, 100 meter Masjid Besar tempat jenazah disemayamkan, Jumat (12/3/2010). Sejumlah pelayat meneriakkan takbir sambil menunjuk langit.

Di langit, awan membentuk lafal Allah. Jelas dan cukup besar. Warga yang menyaksikan itu tampak sangat tercengang. Mereka turut menunjuk langit demi menarik perhatian warga lainnya.

Dalam hitungan detik, awan itu bergeser dan tak membentuk apa pun. Iring-iringan jenazah pun melanjutkan perjalanan ke Makam Dowo, Desa Loning, Petarukan.

Lafal Allah kembali muncul saat jenasah hendak dimasukkan ke liang lahat. Tapi pelayat tak sekaget seperti sebelumnya. Lalu, ketika prosesi pemakaman usai, di langit juga terlihat awan yang membentuk huruf Allah. Kali ini, sebagian pelayat

“Allahu Akbar,” teriak simpatisan Dulmatin berulang kali sambil menunjuk langit di arah tenggara itu. Warga yang hadir, ikut menunjuk langit dengan mimik seperti tak percaya.
(try/djo)

Saksi: Polisi Sengaja Bunuh Teroris Dari Jarak Dekat


Salah satu saksi yang sempat menyaksikan ditembaknya tersangka terorisme di Gang Asem, Jalan Setiabudi, Pamulang, Tangerang, Selasa (9/3) lalu, mengatakan, tersangka ditembak oleh Detasemen 88 Antiteror (Densus) di bagian dada.

Rosiana, orang yang menyaksikan aksi tersebut, memaparkan bahwa korban terkapar persis berada di pelataran rumahnya dan tembakan dilakukan dalam jarak sangat dekat.

"Dekat, di tembak di dada. Orangnya kelihatan masih muda, “ katanya, saat ditemui di rumahnya.

Saat kejadian tersebut, Rosiana mengaku sedang berada di rumahnya. Sedangkan satu tersangka yang sudah terkapar tak berdaya (yang sebelumnya diduga perempuan karena memakai cadar), berada persis di teras rumahnya yang berlantai semen. Sedangkan yang diduga Dulmatin, tergeletak di pinggir jalan dengan motornya.

Ketika redaksi mencoba membuka penutup bekas pantulan peluru yang berada di rumah Rosiana tersebut, terlihat korban ditembak dalam jarak yang sangat dekat, sebagaimana diberitakan Hidayatullah.

"Itu (lantai semen, red) yang ditembus peluru. Kemarin darahnya tercecer di sini. saya sempat panik," cerita Rosiana, sambil menunjuk 5 titik lubang hasil tembakan Densus 88 yang menembus tubuh tersangka tersebut.

Menurut cerita Rosiana, polisi yang mengeksekusi tersangka ada 2 orang. Tersangka langsung tewas di tempat.

Polisi Sengaja Membunuh Dulmatin


Bukti dan fakta ini semakin menguatkan dugaan beberapa kalangan bahwa pernyataan-pernyataan Polri seputar penembakan di Pamulang penuh kebohongan.

"Polisi memang tidak punya keinginan untuk mengungkap akar "terorisme" jika melihat fakta demikian. Fakta tersebut justru memperkuat dugaan bahwa polisi hanya ingin kasus "terorisme" rampung tanpa tahu bagaimana sebenarnya kejadian yang sebenarnya." ungkap salah seorang sumber Muslimdaily yang enggan disebut namanya saat dihubungi via telepon.

Sumber Muslimdaily juga menyebutkan adanya luka tembak di dekat kemaluan janzah Dulmatin. "Kalau tidak rekayasa dan konspirasi, bagaimana mungkin ia bisa ditembak di dekat kemaluanya sementara ia duduk di bilik warnet sedangkan pernyataan polisi DUlmatin di tembak dari depan." tambahnya.

"Pembunuhan atas para tersangka, mereka ini masih tersangka lho, oleh Polisi hanya karena mereka kesulitan untuk mencari bukti-bukti bersalahnya Dulmatin saja. Daripada susah-susah cari bukti kesana-kemari, mendingan di-dor saja. Murah dan dapat bonus khan?" ujarnya menanggapi seringnya Polisi mengakhiri penggerebekan para tersangka "teroris" dengan menembak mati.

(muslimdaily/hid)